Keutamaan Berpuasa Di Bulan Sya'ban dan Amalannya

Adalah sebuah anjuran terbaik yang semestinya mampu di laksanakan oleh segenap umat muslim di seluruh dunia dengan datangnya bulan sya'ban ini, salah satu di antara amalan tersebut adalah ber niat puasa sya'ban sebagai aktifitas persiapan diri dalam menyambut kedatangan bulan suci ramadhan yang sebentar lagi akan datang.

Untuk itu berpuasa di bulan sya'ban sendiri selain memiliki hikmah dan keunggulan di dalamnya itu merupakan salah satu bagian penting dalam menjadikan dan menyiapkan hati ketika sebelum datangnya bulan suci ramadhan, termasuk mampu menuai hasil dari keutamaan berpuasa di bulan sya'ban tersebut dengan segala pengharapan agar selalu senantiasa di berikan kemampuan untuk bisa mengamalkannya.

Dan di antara keutamaan serta keunggulan yang terdapat pada puasa sya'ban itu adalah keterangan dari sebuah hadits yang menyebutkan bahwa :

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya :“Dia adalah bulan diangkatnya amal-amal (manusia) kepada Tuhan semesta Alam. Maka aku ingin ketika amalku sedang diangkat, aku sedang berpuasa.” (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Dari adanya keterangan di atas mungkin bisa di jadikan sebagai landasan penting bagi kita agar selalu senantiasa mampu melaksanakan beberapa amalan yang sudah menjadi sunnah nabi, sehingga dengan keterbiasaan itu setidaknya akan memberikan hikmah terbesar dalam hidup ini. Seperti dengan mengawali mengetahui pengertian keutamaan puasa sya'ban arab latin dan artinya seperti di bawah ini.


keutamaan bulan sya'ban

Sebagaimana perkataan Aiysha radhiallahu anha,

… فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ (متفق عليه)

“Aku belum pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasanya dalam sebulan selain bulan Ramadan, dan tidak aku lihat bulan yang di dalamnya beliau paling banyak berpuasa selain bulan Sya’ban.”

* Dalam riwayat Bukhari (1970) dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata,

“Tidak ada bulan yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam lebih banyak berpuasa di dalamnya, selain bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa Sya’ban seluruhnya.”

Maksud hadits ini adalah bahwa beliau berpuasa pada sebagian besar hari-hari di bulan Sya’ban, berdasarkan perbandingan riwayat-riwayat lainnya yang menyatakan demikian. Dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang boleh mengatakan ‘berpuasa sebulan penuh’ padahal yang dimaksud adalah ‘berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu’.

Ada juga yang memahami bahwa kadang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh di bulan Sya’ban, tapi kadang (di tahun lain) beliau berpuasa sebagian besarnya. Ada pula yang mengatakan bahwa pada awalnya beliau berpuasa pada sebagian besar bulan Sya’ban, namun pada akhir hidupnya beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.

Penafsiran pertama lebih kuat, berdasarkan riwayat-riwayat lain yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sering berpuasa di bulan Sya’ban melebihi puasa di bulan lainnya, dan bahwa Beliau belum pernah berpuasa sebulan penuh selain Ramadan. Wallahua’lam.

(Lihat: Fathul Bari, 4/213)

* Berdasarkan hadits di atas, keutamaan puasa di bulan Sya’ban memiliki dua alasan;

- Karena di bulan ini amal manusia diangkat untuk dilaporkan.
- Karena bulan ini dianggap sebagai bulan yang banyak disepelekan orang, karena terletak di antara dua bulan utama. Beribadah di saat orang lalai, memiliki keutamaan lebih dibanding beribadah disaat yang lainnya semangat beribadah. Meskipun kedua-duanya adalah kebaikan.

* Puasa di bulan Sya’ban, selain hikmah yang disebutkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits di atas, oleh para ulama juga dimaknai sebagai penyambutan dan pengagungan terhadap datangnya bulan Ramadan. Karena ibadah-ibadah yang mulia, umumnya diawali oleh pembuka yang mengawalinya.

Seperti ibadah haji diawali dengan persiapan ihram di miqat, atau ibadah shalat yang diawali dengan bersuci dan persiapan-persiapan lainnya yang dimasukkan dalam syarat-syarat shalat. Di samping hal ini akan membuat tubuh mulai terbiasa untuk menyambut ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadan.

Di sisi lain, Para ulama menyebutkan bahwa ibadah puasa di bulan Sya’ban, ibarat shalat Rawatib (sebelum dan sesudah) shalat Fardhu. Sebab sebelum Ramadan disunnahkan banyak berpuasa di bulan Sya’ban, dan sesudah Ramadan, disunnahkan berpuasa enam hari bulan Syawwal.

Harapan paling besar dari bisanya melaksanakan ibadah puasa sya'ban meskipun pangkat hukumnya sunat adalah untuk memupuk dan menuai hasil yang maksimal ketika akan menyambut ramadhan dengan segala pengharapannya.